urat Perintah Sebelas Maret atau yang lebih
dikenal dengan istilah Supersemar
adalah sebuah surat perintah yang ditandatangani Presiden Soekarno pada 11
Maret 1966 dan menginstruksikan Letnan Jendral Suharto selaku Menteri Panglima
Angkatan Darat untuk mengambil segala tindakan yang dianggap perlu untuk
menjamin keamanan dan ketenangan pada saat itu.
Seakan semenjak Orde Baru, Supersemar tidak
lagi Super. Ini lah kontroversi Supersemar yang tidak akan berakhir untuk
dibahas. Memang pada waktu itu kondisi sosial – politik di Indonesia sedang
kacau balau pascapemberontakan Gerakan 30 September/ PKI atau yang lebih
dikenal G30 S/PKI. Seharusnya Soeharto menyerahkan kembali mandat tersebut ke Presiden
Soekarno setelah selesai menjalankan tugas.
Jadi,
periode kelam ini Soeharto menjadi Presiden Republik Indonesia melalui suatu
proses yang tidak bisa dinalar sama sekali. Karena itu, 32 tahun kepemimpinan
Soeharto menjadi tidak absah mengingat Supersemar dijadikan sebagai legitimasi.
Dengan
demikian, sampai saat ini kita tetap menyangsikan kebenaran dan keaslian dari
Supersemar tersebut. Banyak pengamat sejarah yakin bahwa Supersemar yang asli
masih ada. Dan ada pula Supersemar versi Orde Baru yang kemudian dijadikan
sebagai legitimasi kekuasaan Soeharto bukanlah supersemar yang asli. Sekali
lagi, di sinilah muncul kontroversi yang tak kunjung usai: apa benar Presiden
Soekarno menyusun surat itu sehingga seolah-olah Soeharto mendapat tugas untuk
mengamankan keadaan? Kalau benar, bagaimana proses penyerahannya?
“…Soeharto
adalah seorang ahli strategi yang handal. Tetapi ia bukan seorang ‘grand
master’ yang mampu menghitung 102-15 langkah ke depan di papan catur. Ia lebih
banyak beruntung karena piawai memanfaatkan kesempatan…”, begitulah bunyi
kutipan dari pernyataan Dr. Asvi Warman Adam dalam Sebad Kontroversi Sejarah
(2007).
Begitulah
penilaian dari Dr. Asvi Warman Adam. Soeharto lebih banyak tertolong oleh
keberuntungan. Namun, keberuntungan tidak selamanya berpihak. Kasus
penyalahgunaan Supersemar terbongkar sejak runtuhnya Soeharto dengan Orde
Barunya. Soeharto kesulitan mencari perlindungan karena tidak mungkin mengelak
fakta sejarah yang sebenarnya.
|
Supersemar |