Lion Air merupakan maskapai terbesar di Indonesia. Maskapai yang dimiliki oleh mantan pegawai agen travel ini berdiri pada 19 Oktober 1999 dan beroperasi pada 30 Juni 2000. Dialah Rusdi Kirana, pria yang lahir pada 17 Agustus 1963 merupakan kunci sukses akan eksistensi Lion Air hingga saat ini.
Berawal hanya memiliki satu buah pesawat terbang berjenis Yakovlev Yak-42D, saat ini Lion Air telah memiliki lebih dari 90 pesawat Boeing di dalam jajaran armadanya, meliputi:
- 2 Boeing 737-300
- 5 Boeing 737-400
- 15 Boeing 737-800NG (masih akan terus bertambah)
- 67 Boeing 737-900ER (masih akan terus bertambah)
- 2 Boeing 737-4002
- 1 McDonnell Douglas MD-82
Pesawat Pertama Lion Air |
Gebrakan yang dibuat oleh Lion Air pun tidak tanggung-tanggung, demi menyambut Open Sky yang akan dilaksanakan pada tahun 2015 mendatang, lebih dari 700 pesawat dipesan oleh Lion Air. Berikut ini adalah rangkuman jejak pemesanan pesawat yang dilakukan oleh Lion Air:
- 20 ATR 72-500 (dialokasikan untuk Wings Air)
- 40 ATR 72-600 (dialokasikan untuk Wings Air)
- 30 Boeing 737-900ER pada 30 Juni 2005
- 30 Boeing 737-900ER pada 30 Juni 2006
- 62 Boeing 737-900ER pada 25 Mei 2007
- 56 Boeing 737-900ER pada 19 Februari 2008
- 29 Boeing 737-900ER pada 22 Februari 2012
- 201 Boeing 737MAX pada 22 Februari 2012
- 5 Boeing 787 Dreamliner pada 8 Juni 2012
- 60 Airbus A320 CEO pada 18 Maret 2013
- 109 Airbus A320 NEO pada 18 Maret 2013
- 65 Airbus A321 NEO pada 18 Maret 2013
Sungguh angka pemesanan yang sangat fantastis! Angka pemesanan pesawat yang dilakukan oleh Lion Air telah menggemparkan dunia. Ini merupakan salah satu wujud dari ambisi dari Rusdi Kirana untuk memiliki total 1000 pesawat.
Menurut penulis, pemesanan pesawat ini memberikan dampak positif dan negatif. Dampak positifnya adalah semoga dengan adanya pemesanan ini, Lion Air dapat melakukan ekspansi dengan membuka rute-rute penerbangan baru yang berguna untuk menarik wisatawan mancanegara untuk datang ke Indonesia. Akan tetapi, salah satu dampak negatif dari pemesanan ini adalah ditakutkannya neraca keuangan negara menjadi terganggu.
Ide-ide Lion Air untuk melakukan ekspansi sangatlah luas. Pertama-tama didirikannya anak perusahaan, yaitu Wings Air yang melayani rute-rute kecil sebagai rute pengumpan ke kota-kota besar di Indonesia.
Tak puas dengan hanya memiliki Wings Air, maka didirikanlah maskapai berbiaya murah. Alhasil Malindo Air (diambil dari nama Malaysia Indonesia ) muncul sebagai solusinya. Bertempat di Kuala Lumpur, Malindo Air yang akan menggunakan pesawat Boeing 737-900ER dan Boeing 787 Dreamliner ini baru beroperasi ke beberapa kota di Malaysia.
Setelah mendirikan maskapai berbiaya murah, sekarang Lion Air mendirikan maskapai full service di Indonesia, yaitu Batik Air. Kebutuhan transportasi udara yang sangat padat adalah salah satu hal yang mendorong Lion Air mendirikan maskapai berkonsep full service ini.
Belum sebulan lamanya setelah pemesanan kepada Airbus, ujian datang melanda Lion Air. Sebuah Boeing 737-800NG beregistrasi PK-LKS yang terbang dari Bandung ke Denpasar, Bali melakukan ditching atau pendaratan di atas air. Kejadian ini dilakukan karena saat pesawat akan mendarat dari runway 09, kondisi cuaca di sekitar bandara buruk, akibatnya jarak pandang berkurang. Selain karena cuaca yang tidak mendukung, kecelakaan ini dapat terjadi akibat wind shear atau down draft akibat tekanan angin ke bawah yang datang, karena akibat adanya awan cumulunimbus (CB). Menurut penulis, tindakan pilot melakukan ditching sangatlah tepat dan patut diacungi dengan dua jempol.
Pesawat Lion Air PK-LKS di Bandara Renton Muncipal, Washington |
Pesawat Lion Air PK-LKS Jatuh di Bandara Internasional Ngurah Rai, Denpasar |
Walau pun cobaan demi cobaan datang, penulis berharap ini merupakan sebuah batu loncatan agar menjadikan pembernahan diri agar menjadi maskapai yang jauh lebih baik nantinya dan akan semakin dikenal masyarakat di dunia.
#IAAE
0 komentar:
Post a Comment