Dari semua penerbangan yang pernah saya lakukan bersama Garuda Indonesia hanya ada satu penerbangan yang sangat berkesan bagi saya. Yaitu penerbangan pada 9 Juni 2012 dengan nomor penerbangan GA 242 rute Jakarta - Semarang.
Pada hari itu saya berangkat dari rumah pukul 13.00 WIB. Kondisi jalan yang tidak terlalu ramai, saya hanya memerlukan waktu sekitar 40 menit untuk tiba di Bandara Internasional Soekarno-Hatta.
Tiba di terminal 2F saya langsung melakukan security check yang pertama. Seperti biasa, salah satu pelayanan Garuda Indonesia yang saya sukai adalah fasilitas pengikatan bagasi gratis. Fasilitas yang sangat baik demi menjaga keamanan bagasi tamunya.
Lalu dilanjutkan dengan proses check in yang sangat cepat dan ramah oleh staff Garuda Indonesia. Pada saat check in, saya tidak lupa untuk meminta window seat. Alasannya jelas, supaya dapat melihat keindahan alam Indonesia. Dan juga pembayaran airport tax yang saat itu belum menyatu dengan harga tiket, dilakukan di counter check in. Hemat waktu, karena tidak perlu antri lagi apabila harus melakukan pembayaran airport tax di tempat terpisah.
Tanpa berpikir panjang, saya langsung menuju boarding gate penerbangan di F2. Dan alangkah terkejutnya saya, karena ramai sekali suasana di dalam. Tentu hal ini disebabkan karena penerbangan saya ke Semarang satu gate dengan penerbangan Garuda Indonesia ke Denpasar, Bali. Apalagi pada saat itu Garuda Indonesia membawa salah satu armada terbesarnya ke Denpasar, yaitu Airbus 330-243. Load factor penumpang Garuda Indonesia yang ke Denpasar sangatlah bagus. Banyak turis mancanegara yang ikut penerbangan Garuda Indonesia ke Denpasar. Sebagian besar turis tersebut adalah warga benua Asia.
Setelah penerbangan Garuda Indonesia ke Denpasar boarding melalui garbarata, sekarang giliran penerbangan saya boarding melalui apron. Karena pesawat yang mengantar saya berada di remote area, jadi saya dan rombongan penumpang yang lain diantar menggunakan bus. Berbagai pemandangan indah berupa pesawat Garuda Indonesia dengan livery khasnya, terlihat sepanjang perjalanan menuju remote area. Dan saya mendapatkan pesawat Boeing 737-800 ke-32 yang dimiliki Garuda Indonesia, PK-GMP.
Pada saat on board, pramugari menawarkan koran sebagai bahan bacaan dan juga permen. Tidak lama setelah saya duduk di kursi saya, pesawat langsung taxi menuju runway 25R. Dan setelah lampu tanda mengenakan sabuk pengaman dimatikan, pramugari langsung menyediakan servis berupa sebungkus roti dan air minum. Pada saat itu saya memilih jus jeruk.
Ada kejadian yang saya salut tentang keramahan pramugari Garuda Indonesia. Pada saat itu ada tiga penumpang yang berasal dari Timur Tengah. Suara mereka yang terlalu keras pada saat berbicara sangat mengganggu penumpang lain yang perlu ketenangan. Pramugari langsung tanggap mengenai hal itu dan menegur penumpang tersebut agar tidak mengganggu penumpang yang lain.
Perjalanan saya kali ini ditempuh dengan waktu 90 menit. Di luar waktu penerbangan normal yang biasa hanya ditempuh dalam waktu 45 menit saja. Karena kondisi cuaca di Semarang yang tidak memungkinkan untuk mendarat, maka pilot memutuskan holding. Banyak penumpang yang gelisah dan bertanya sebab pilot melakukan holding. Pramugari dan purser dengan sabar menjawab pertanyaan penumpang dan menjelaskan situasi yang terjadi. Akhirnya penumpang memahami hal tersebut dan situasi di dalam kabin normal kembali.
Setelah mendapatkan perintah untuk mendarat, pilot segera melakukan approaching dan runway 31 yang digunakan pada saat itu. Terasa sekali goncangan-goncangan yang ditimbulkan akibat turbulensi pada saat pesawat menurunkan ketinggian jelajahnya. Memang seolah-olah pilot mendaratkan pesawatnya terasa kasar, tapi demi keselamatan penumpang dan runway yang basah, pilot melakukan positive landing.
Dan inilah penerbangan saya dengan Garuda Indonesia yang paling berkesan. Banyak kejadian baru yang saya alami. Dan berbagai macam hal yang sangat menyenangkan saat terbang bersama Garuda Indonesia.
Boarding pass penulis |
Sumber:
Raih Tiket Gratis Liburan Bersama
Garuda Indonesia Experience!
#IAAE
0 komentar:
Post a Comment