Thursday, February 14, 2013

SUPERSEMAR: Sebuah Kekuasaan yang Tak Lagi Super


S
urat Perintah Sebelas Maret atau yang lebih dikenal dengan istilah Supersemar adalah sebuah surat perintah yang ditandatangani Presiden Soekarno pada 11 Maret 1966 dan menginstruksikan Letnan Jendral Suharto selaku Menteri Panglima Angkatan Darat untuk mengambil segala tindakan yang dianggap perlu untuk menjamin keamanan dan ketenangan pada saat itu.


             Seakan semenjak Orde Baru, Supersemar tidak lagi Super. Ini lah kontroversi Supersemar yang tidak akan berakhir untuk dibahas. Memang pada waktu itu kondisi sosial – politik di Indonesia sedang kacau balau pascapemberontakan Gerakan 30 September/ PKI atau yang lebih dikenal G30 S/PKI. Seharusnya Soeharto menyerahkan kembali mandat tersebut ke Presiden Soekarno setelah selesai menjalankan tugas.
            Jadi, periode kelam ini Soeharto menjadi Presiden Republik Indonesia melalui suatu proses yang tidak bisa dinalar sama sekali. Karena itu, 32 tahun kepemimpinan Soeharto menjadi tidak absah mengingat Supersemar dijadikan sebagai legitimasi.
            Dengan demikian, sampai saat ini kita tetap menyangsikan kebenaran dan keaslian dari Supersemar tersebut. Banyak pengamat sejarah yakin bahwa Supersemar yang asli masih ada. Dan ada pula Supersemar versi Orde Baru yang kemudian dijadikan sebagai legitimasi kekuasaan Soeharto bukanlah supersemar yang asli. Sekali lagi, di sinilah muncul kontroversi yang tak kunjung usai: apa benar Presiden Soekarno menyusun surat itu sehingga seolah-olah Soeharto mendapat tugas untuk mengamankan keadaan? Kalau benar, bagaimana proses penyerahannya?
            “…Soeharto adalah seorang ahli strategi yang handal. Tetapi ia bukan seorang ‘grand master’ yang mampu menghitung 102-15 langkah ke depan di papan catur. Ia lebih banyak beruntung karena piawai memanfaatkan kesempatan…”, begitulah bunyi kutipan dari pernyataan Dr. Asvi Warman Adam dalam Sebad Kontroversi Sejarah (2007).
            Begitulah penilaian dari Dr. Asvi Warman Adam. Soeharto lebih banyak tertolong oleh keberuntungan. Namun, keberuntungan tidak selamanya berpihak. Kasus penyalahgunaan Supersemar terbongkar sejak runtuhnya Soeharto dengan Orde Barunya. Soeharto kesulitan mencari perlindungan karena tidak mungkin mengelak fakta sejarah yang sebenarnya.


Supersemar




#IAAE

0 komentar:

Post a Comment